Thursday, June 16, 2011

Review: Kitchen


KitchenKitchen by Banana Yoshimoto
My rating: 3 of 5 stars








Dewi Anggraeni (Translator)
Paperback, 204 pages
Published April 29th 2009 by KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) (first published 1987)
ISBN13: 9789799101730
Edition language: Indonesian
Original title: キッチン
literary awards: Nihon University Department of Arts Prize (1986), Kaien magazine New Writer Prize (1987)


Sinopsis Buku:



"Aku tak bisa tidur di tempat lain selain dapur."

Mikage Sakurai sebatang kara sejak neneknya meningal. dapur menjadi satu-satunya tempat dimana ia dikelilingi panci bekas pakai dan sisa ceceran sayur, serta ditemani sepetak langit malam berbintang di jendela.

namun dapur keluarga Tanabe yang membuatnya jatuh cinta. Di sana selama satu musim panas ia bergulat dengan acar, udon, soba, dan tempura. Di sana pula ia temukan apa yang tak pernah dimilikinya: keluarga, bersama Yuichi Tanabe yang dingin dan Eriko Tanabe yang mempesona--perempuan transeksual yang sejatinya ayah kandung Yuichi.



Ketika Eriko meninggal, Mikage dan Yuichi menjauh dan saling terasing dalam kesedihan. Apa yang harus mereka lakukan untuk bangkit dari dukacita dan menyadari ada cinta di antara mereka?


Review Buku:

Manusia bisa memilih diantara begitu banyak jalan. Mungkin akan lebih tepat jika dikatakan bahwa momen untuk memilih jalan itu tak ubahnya seperti menyaksikan mimpi.

Kitchen

Mikage Sakurai adalah orang yang tergila-gila akan dapur. baginya dapur tak hanya sebagai tempat mamasak, tapi dapur merepresentasikan suatu kerinduan yang mengoyak-gonyak jiwanya.

Yuichi, adalah seorang laki-laki yang tanggung, yang kurang menampakkan emosinya. Orang yang datar.

Keduanya dipersatukan karena sebuah kehilangan. Keduanya sama-sama saling membutuhkan tapi enggan untuk mengungkapkan. Bagi mereka kebersamaan mereka terkadang bagai sebuah mimpi.


Caritanya sangat tanggung, tapi Yoshimoto sangat pandai mengukir kata hingga aku tersihir untuk terus membacanya.

Moonlight Shadow

Cerita kedua bertema sama mengenai sebuah kehilangan dan mengajarkan kita bagaimana memaknai sebuah kehilangan. Dibanding cerita pertama, cerita ini sedikit aneh

Perpisahan maupun kematian sama-sama menyakitkan. Namun berpikir bahwa cinta seperti itu adalah cinta terakhir sunggung membuang-buang waktu seorang perempuan

Terkadang, disaat semuanya tidak berjalan seperti yang diharapkan, aku selalu bertanya. Tuhan ada atau tidak?

Yah, manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan jua yang menentukan.


View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...