Thursday, March 17, 2011

Review: Morning Light

Morning LightMorning Light by Windhy Puspitadewi

My rating: 3 of 5 stars


A true friend knows your weaknesses but shows you your strenghs; feels your fears but fortifies your faith; sees your anxieties but frees your spirit; recognizes your disabilities but emphasizes your possibilities. — William Arthur Ward

Ini buku kedua dari Windhy yang aku baca. Satu hal yang aku suka dari Windhy bukunya selalu nyaman dibaca dan terkadang menggelikan, sepertinya aku sudah jatuh hati pada setiap rangkaian kata-katanya.

Ceritanya sangatlah sederhana, tapi dari kesedehanaan itulah Windhy mengajak kita untuk melihat diri kita sendiri.

Bunga matahari selalu menghadap matahari. Mengikuti ke mana pun matahari pergi. Berusaha menjadi seperti matahari dan tertekan karena sadar tidak akan pernah bisa, sekuat apa pun dia berusaha. Dan karena perhatiannya selalu tertuju pada apa yang dilihatnya, dia tidak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Bunga matahari tidak sadar kelebihannya sendiri. Dia tidak sadar dia lebih tinggi dari rata-rata bunga pada umumnya. Tidak tahu bahwa dia cantik. Tidak tahu bahwa banyak orang yang lebih senang melihatnya daripada melihat matahari itu sendiri.

Suka banget dengan kalimat diatas. Dan aku dibuat kaget dengan endingnya yang ternyata berbeda dari yang aku sangka.

Dan selalu, entah ini ciri khas dari si penulis atau bukan, tapi seperti novel Windhy yang aku baca sebelumnya. Buku ini kurang akan deskriptif, terlalu banyak percakapan tanpa adanya deskriptif yang mendalam.



View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...