Thursday, December 8, 2011

Review: Hex Hall


Hex Hall (Hex Hall, #1)Hex Hall by Rachel Hawkins
My rating: 4 of 5 stars






Dina Begum (Translator)
Paperback, 1, 420 pages

Published October 2011 by Ufuk Fantastic Fiction (first published March 2nd 2010)
ISBN13 9786029346107
edition language Indonesian
original title Hex Hall
series Hex Hall #1
characters Jenna, Sophia Mercer, Archer Cross, Elodie, Mrs. Casnoff
setting Georgia, United States (United States)


Sinopsis buku:



Saat ulang tahunnya yang kedua belas, Sophie Mercer mendapati kalau dirinya ternyata seorang penyihir. Tiga tahun kemudian, akibat mantranya mengacaukan pesta dansa di sekolah, dia diasingkan ke Hex Hall, sekolah bagi anak-anak bandel Prodigium—penyihir, peri, vampir, warlock, dan shapeshifter.
Pada akhir hari pertama berada di antara sesama remaja aneh di Hex Hall, Sophie mendapati hal yang mengesankan: naksir kepada cowok warlock ganteng, bermusuhan dengan tiga cewek yang berwajah bagaikan supermodel, terus dibuntuti hantu menyeramkan, dan tinggal sekamar dengan orang yang paling dibenci dan satu-satunya vampir di sekolah. Lebih buruk lagi, Sophie segera mendapati bahwa ada makhluk misterius yang menyerang murid-murid, dan satu-satunya teman yang dimilikinya merupakan tersangka nomor satu.

Sementara serangkaian misteri yang mengerikan mulai terungkap, Sophie bersiap-siap menghadapi ancaman yang paling besar: kelompok rahasia kuno yang bertekad untuk menghancurkan semua Prodigium, khususnya dia.

“Sophie Mercer telah menyihirku!”
—Becca Fitzpatrick, Penulis Laris Hush, Hush dan Crescendo

“Menghibur dan penuh misteri.”
—Publishsers Weekly

“Veronica Marsh bertemu dengan Percy Jackson dan Olympian.”
—Kirkus Reviews(



Review buku:

Sukses membaca buku ini dalam 1 hari. *ciaaat*

Ceritanya lebih menarik dan lebih seru dari pada buku bertema sama yang tak lama aku baca sebelum buku ini.

Diawal cerita aku berpikir, oke sekolah sihir, pasti ceritanya mirip dengan Harry Potter. Dan ternyata, berbeda. Suka dengan karakter Sophie yang menurutku sih tidak terlalu pandai membuat sihir tapi sangat mengesalkan.

Endingnya sedikit terburu-buru tapi membuat penasaran untuk membaca buku selanjutnya meskipun sedikit kecewa kenapa si cowok ternyata adalah pihak lawan. Yah, semoga buku selanjutnya si cowok ini berubah melawan pihaknya. Klise? biarin lah...

Meskipun menemukan beberapa typo dan kadang menemukan kata-kata yang jarang digunakan dalam sebuah terjemahan seperti 'mesem-mesem', 'kendil', 'dengkul', 'kali', 'jeder!'.... sumpah aku sampai tertawa membacanya (yah, meskipun kata itu ada di KBBI - kecuali 'jeder' sih, tapi masih terasa janggal karena artinya sama dengan bahasa jawa) dan untunglah, itu tak mengurangi esensi dari ceritanya.

Gak penting tapi dibahas, covernya itu, kenapa ada si kucing, padahal ceritanya tidak ada menyebutkan kata kucing sama sekali. Bukankah seharusnya cover itu representasi dari isi cerita?


View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...