Monday, December 5, 2011

Review: Once a Witch


Once a Witch (Witch, #1)Once a Witch by Carolyn MacCullough
My rating: 3 of 5 stars






Nina Setyowati (Translator), Hayu Handayani (Editor), Mery Riansyah (Proofreader)

Paperback, 420 pages
Published August 2011 by Ufuk Press (first published September 14th 2009)
ISBN13 9786029159455
edition language Indonesian
original title Once a Witch
series Witch #1
characters Agatha, Tamsin Greene, Rowena Greene, Alastair Knight


Sinopsis buku:



Tamsin Greene berasal dari garis panjang keturunan penyihir. Dia diharapkan akan menjadi salah satu yang paling berbakat di antara mereka. Tapi sihir Tamsin tidak pernah muncul. Tujuh belas tahun kemudian, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di asrama sekolah di Manhattan, di mana dia bisa hidup selayaknya remaja normal. Tapi selama musim panas, dia dipaksa untuk kembali ke rumah dan bekerja di toko buku sihir milik keluarganya.



Suatu malam, Alistair, seorang profesor muda yang tampan datang ke tokonya dan salah mengira Tamsin adalah Rowena, kakaknya yang sangat berbakat dalam sihir. Pertemuan inilah yang mengantarkan Tamsin ke dalam perburuan melintasi waktu, yang akan membuka rahasia dari identitasnya yang sebenarnya, menggali dosa-dosa masa lalu keluarganya, dan melepaskan kekuatan sangat dahsyat serta penuh dendam yang bisa menghancurkan mereka semua.

Novel ini memberikan sebuah tampilan cerita yang memikat. Carolyn MacCullough menjalinkan ilmu sihir, romansa, dan perjalanan lintas waktu di dalam sebuah fantasi yang sangat menarik, memesona, dan benar-benar menawan.

*****

"Sebuah novel luar biasa dengan romansa yang memikat."
— Cassandra Clare, Penulis Laris The Mortal Instruments Series

"Sebuah novel yang memesona dan elegan."
— Publisher Weekly

"Cepat dan penuh ketegangan."
— The Bulletin



Review buku:
Ceritanya lumayanlah, tapi alurnya sedikit lambat. Bisa jadi karena ini masih buku pertama.

Cerita bertemakan penyihir dan time traveler, sepertinya penulis ingin menggabungkan antara science fiction dan magic.

Kurang suka dengan karakter Tamsin yang masih 17 tahun tapi merokok dan minum-minum, entah kenapa penulis membuat karakter Tamsin seperti ini, ditambah eksplorasi karakter Tamsin dan Gabriel yang menurutku masih kurang.

Ending juga sedikit mengecewakan, oke ini masih bisa ditolerir mengingat buku ini masih buku pertama,yang tentunya ending yang mengambang sah-sah saja.

Dari sinopsisnya buku ke-2 sepertinya lebih menarik.


View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...