Tuesday, June 21, 2011

Review: Selendang Pelangi


Selendang PelangiSelendang Pelangi by Toeti Heraty
My rating: 4 of 5 stars







Softcover, 320 pages
Published 2007 by IndonesiaTera (first published 2006)
ISBN: 9799375005
Original title: Selendang Pelangi


Sinopsis Buku:

Kumpulan puisi dari para penyair Indonesia yang mewakili 3 generasi. Mereka adalah: Isma Sawitri, Poppy D. Hutagalung, Rayani Sriwidodo, Toeti Heraty Abidah El Khalieqi, Anil Hukma, Cok Sawitri, Dorothea Rosa Herliany, Medy Loekito, Nenden Lilis A., Oka Rusmini, Sirikit Syah, Dina Octaviani, Nur Wahida, Shantinned, Shinta Febriany, Putu Vivi Lestari. Editor dan Kata Pengantar oleh Toeti Heraty



Review Buku:


Mungkin aku harus berterima kasih sama mbak Indri dan Panda, karena gara-gara mereka berdua, aku tau buku ini ada. *hadeeh, selama ini kemana saja nduk*

Buku yang mungkin susah-susah gampang didapat, mengingat aku sudah keliling toko buku ternama di Surabaya, niat pisan cari buku ini, tetap gak dapat. Eh, malah dapat di emperan pinggir jalan. Wah, betapa beruntungnya. Emang sih bukan di kota Surabaya. :D

Buku kumpulan puisi dari 17 penyair perempuan Indonesia yang memiliki corak dan warna masing-masing. Berdasarkan kata pengantar dari buku ini, puisi yang disajikan terbagi menjadi 3 ruang. Ruang pertama beraspirasi "kesetaraan". Ruang kedua beralih orientasi pada "perbedaan". Ruang ketiga feminisme dalam konteks globalitas. Ruang tiga ini dengan segala sebutan baru tetap pula masih melanjutkan isu-isu ruang pertama dan kedua.

Membaca puisi ini benar-benar menyihirku untuk terus terpaku dan membacanya. Rangkaian kata yang tak harus berirama tapi menghasilkan deretan kata yang indah.

Aku sangat suka dengan puisi Cok Sawitri yang sangat sederhana namun mengena dan kurang suka dengan puisi Oka Rusmini.

Beberapa bagian dalam puisi ini bisa dibilang merupakan representasi hati. *uhuk*
Seperti puisi ini, ingin rasanya kukirimkan padamu.

Aku Ingin Melukismu hal.183

aku ingin melukis wajahmu yang temaram
dengan kuasku yang menggeletar rindu
di kanvas langit yang memerah
akan kubingkai dengan mega senja
dan kugantungkan di dinding redup bumi

aku ingin melukis wajahmu yang memijar
dengan kuasku yang menggelepar rindu
di kanvas bumi yang berembun
akan kubingkai dengan bias pagi
dan kupampangkan di bentangan biru langit

aku ingin melukismu
di kanvas hatiku!

Nenden Lilis A - 1993

atau yang ini,


Warna hal.271

Aku masih memintal bayang
: senyummu
berenda renda, bersulam sulam, bermanik manik
dan payetnya mengilau di permukaan selendang
alangkah manis lenggak lenggokku pagi ini
bermandi cahaya
di kedalaman sukma yang sedang berdendang senang

tak ada yang bisa menebak warna warni selendang itu
birukah, merahkah, ungukah
karena warna telah menjadi milikku sendiri
seperti mandolin yang terpetik di bilik hati
tak satupun mendengar dawainya bergetar
hanya nada, hanya alunannya membahana

Aku masih mengintai
: langkah seksimu
sambil mebayangkan suatu saat kau milikku
selamanya

Shantined

Peringatan: mambaca puisi ini bisa menambah galau di hati.
*menulis rifiu sambil kedinginan di kantor*

View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...