Sunday, November 13, 2011

Review: Ronggeng Dukuh Paruk


Ronggeng Dukuh ParukRonggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari
My rating: 4 of 5 stars







Paperback, 397 pages
Published January 2003 by Gramedia Pustaka Utama (first published 1982)
ISBN 9792201963 (ISBN13: 9789792201963)
edition language: Indonesian
original title Ronggeng Dukuh Paruk
series Dukuh Paruk #1
characters Srintil, Rasus
setting Indonesia


Sinopsis buku:



Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejak Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya dukuh itu merasakah kehilangan jati diri.

Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pekabat-pejabat desa maupun kabupaten.



Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini. Pedukuhan itu dibakar. Ronggeng berserta para penabuh calung ditahan.Hanya karena kecantikannya Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa penjara itu.

Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politikmembuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itulah setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin lagi melayani lelaki manapun. Ia ingin menjadi wanita somahan. Dan ketika Bajus muncul dalam hidupnya sepercik harapan muncul, harapan yang semakin lama semakin besar.



Review buku:


Cita tak selamanya sejajar dengan garis takdir.

Dukuh Paruk adalah pedukuhan yang miskin, bodoh dan cabul.
Ceritanya sungguh menarik dengan penceritaan yang sangat komplek dan detail.

Tidak kaget dengan akhir ceritanya, kenapa? yah, semua ini gara-gara tak sengaja membaca spoiler -__-. Padahal awal membaca aku sudah mepersiapkan diri dengan konsep bahwa si tokoh wanita Srintil meninggal atau sebaliknya si tokoh pria Rasus yang meninggal. Dan ternyata, akhir yang berbeda dari yang aku kira.

Satu lagi, meskipun aku orang jawa, aku tidak mengerti arti tembang-tembang yang dinyanyikan dalam bahasa jawa. Sayang sekali, tidak semua bahasa jawa di buku ini diterjemahkan.

Dan...sekarang tinggal menonton filmnya. Yuukk... mari...



View all my reviews

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...